[IFI Freelance] Don’t You Care? (Oneshot)

IMG_20141215_195049

[Poster by Lee Yongmi]

DON’T YOU CARE?

Author: Sfn (@Sfnzhra)

Main cast: Lee Hayi | Kim Hanbin

Genre: Hurt, married-life

Rating: PG 13+

Summary: Aku menatap namja di hadapanku penuh kebencian. Aku sudah cukup muak akan sikapnya yang berubah drastis. Karena gadis itu, Kim Jisoo, aku menyesal karena telah mengenalkannya pada Hanbin. Aku menyesal telah menyarankan group gadis itu untuk berkolaborasi dengan Hanbin. Dan aku menyesalkarenatelah menabrakan diriku.

Disclaimer: para cast milik Tuhan YME. Alur dan ide murni dari otak walaupun terinspirasi dari ff lain.Ini hanyalah fiksi belaka dan tidak bermaksud menjelekkan nama idol.

__o0o__

Hayi POV

Aku memegangi pipi kananku yang cukup panas.Tamparan yang di lontarkan oleh namja di hadapanku membuatku muak.Sikapnya yang begitu keras membuatku harus mendapati bekas tangannya di pipiku tiap malamnya.Ia menghalalkan segala cara demi kehidupan kami, tidak, kehidupannya.

Kim Hanbin, namja yang berstatus suamiku itu menatapku dingin. Hari ini ia kembali membawa gadis yang beberapa bulan lalu sempat ia bawa kemari selepas konser World Tournya. Aku pun menatapnya tak kalah dingin. Sementara gadis di samping Hanbin pun mendorong bahuku kasar dan menatapku jijik, “Kau pergilah.Hanbin tidak menyukaimu. Kau menjijikan, itulah alasan ia berhenti menyukaimu”

Aku terdiam, menatap gadis yang bernama Kim Jisoo itu lekat-lekat dan hendak menamparnya. Namun tangan kekar itu kembali menahan tanganku dan menghadiahiku sebuah tamparan di sisi lain pipiku. Hatiku mencelos.Aku menunduk, menahan getaran suaraku dan air mata yang ingin turun.

“Aku ingin tidur. Hayi, antarkan gadis ini pulang”

Aku mendongak dan menatap Hanbin.Ia pun melenggang masuk ke dalam kamar dan meninggalkan gadis hina itu di hadapanku. Gadis yang telah merubah suamiku menjadi pribadi yang dingin dan sarkastik.Aku menyeringai dan melemparkan kunci mobilku padanya, “Pulang sendiri.Kau gadis yang sangat kotor, cepatlah pergi.Kau tidak pantas memasuki rumahku yang bersih.Ambil saja mobilnya, anggap saja mobil itu hadiah dariku untukmu karena telah lancang menggoda pria yang sudah memiliki istri” ujarku lalu meninggalkan ruangan itu dan menuju kamar.

Aku pun mengunci pintu kamar dan berbaring di sebelah Hanbin yang sudah terlelap.Ku tatap wajah polosnya, keringat lelah pun masih berjatuhan bebas di keningnya.Aku tersenyum getir, menyeka keringat di dahinya dan setetes air mata terjatuh begitu saja di pipiku.Dan sekelibat memori seketika memenuhi rongga otakku, dimana kami bercinta di ranjang ini, dan tentunya sebelum Jisoo datang.

Flashback

5 moths ago

Aku terduduk di depan kloset, menekan perutku dan memuntahkan seluruh makanan yang baru saja ku santap. Namja bermarga Kim itu telah pergi semalam. Dan tidak akan di rumah selama 2 bulan ke depan. Aku pun meremas kemeja putihku kencang, tak kuat karena perutku tetap meronta untuk mengeluarkan makanannya.

Setelah perutku puas, aku pun beranjak dan berjalan menuju kamarku, mengambil ponselku dan menelepon eomma untuk datang. Kepalaku terasa sangat berat dan pusing.Hidungku tersumbat dan mulutku terasa tidak enak.Apa yang terjadi denganku?

Aku memutar otakku dan mencoba mengingat-ingat apa saja yang telah ku lakukan akhir-akhir ini. Oh tidak, jangankan akhir-akhir ini, aku saja tidak ingat apa yang baru saja aku santap tadi. Aku pun merebahkan tubuhku di ranjang dan menatap langit-langit. Kembali berpikir apa yang telah kulakukan selama ini. Dan seketika-

“OMO! YAA! KIM HANBIN!”

Aku pun kembali mengambil ponselku dan menelepon dokter kepercayan keluargaku untuk datang.Aku bangkit dari ranjangku dan kembali menuju kamar mandi. Mengambil test pack yang ku sembunyikan di balik bathtub dan menggunakannya.

Mataku membulat sempurna ketika mendapati dua garis di alat itu.Aku pun menangis bahagia, kembali menuju kamarku dan menelepon Hanbin.Nada sambung mengantarkan ku pada namja yang—mungkin saja—sedang sibuk dengan beberapa rehearsal untuk konsernya.Setelah sekian lama menunggu, teleponku pun terangkat dan sontak aku langsung berteriak.

“YA!! KIM HANBIN!!”
“Yah, wae geuraeyo?” tanyanya.

“Apa yang telah kau perbuat?!” tanyaku balik, “Menjauhlah dari keramaian, aku memiliki berita bagus!”

“Jamkkaman, yeobo” ujarnya, aku pun dapat mendengar bunyi bising dari arahnya. Seperti dugaanku, ia sedang berlatih untuk konsernya nanti malam. “Nah, apa berita bagusnya?”

Aku pun merekahkan senyumanku, “Ada Kim junior disini”

“Maksudmu?”

“Ada Kim junior di perutku”

“MWO?!” teriaknya dari seberang sana.

Aku pun terkekeh, “Aku serius, yeobo. Lagipula aku sudah telat beberapa minggu”

“Apanya yang telat?!”

“Bodoh!” ujarku lalu tertawa, “Aku sudah telat datang bulan akhir-akhir ini. Cepatlah pulang selepas konsermu”

“Tentu, aku tidak sabar bertemu dengan Kim junior di perutmu” jawabnya antusias.

“Aku akan menunggumu, berhati-hatilah disana. Jangan lupakan sarapan dan makan malammu”

“Arraseo, Kim Hayi, saranghae”

Aku pun tertawa, “Saranghae” ujarku lalu memutuskan sambungan telepon.

 4 months later

Aku mengerjapkan mataku.Bau obat-obatan yang tajam menyeruak masuk ke dalam indera penciumanku.Aku pun mulai membuka mataku dan mendapati beberapa orang menggunakan setelan hijau dengan masker.Sarung tangan mereka pun terhiasi dengan noda merah.

Aku mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi semalam dantersenyum pahit setelah mengingatnya. Seorang gadis memasuki kamarku dengan pisau di tangannya.Ia pun menusuk perutku yang masih datar dan langsung berlari meninggalkanku. Aku berteriak kencang, meneriaki gadis itu dan menutup luka tusuk di perutku. Aku menangis danlangsung tak sadarkan dirikarena pendarahan–mungkin.Dan disinilah aku sekarang, menangis dalam diam ketika para dokter berlalu lalang di hadapanku dengan darah di tangan mereka.Dan pikiran buruk pun terlintas di benakku.

Bayiku tidak selamat.

Ranjangku pun di dorong oleh seseorang bersetelan hijau. Saat pintu terbuka, aku sangat mengharapkan bahwa Hanbin akan disana. Namun aku salah, ia tidak ada disana dan memilih bersama Jisoo. Aku kembali menangis pilu sampai akhirnya kami—aku dan perawat bersetalan hijau itu—memasuki kamar bernomor 221.

Ketika perawat itu hendak meninggalkanku, aku menahan tangannya dan menatapnya nanar.Seakan mengerti tatapanku, perawat itu menggenggam tanganku dengan kedua tangannya dan menunduk.Ia pun bergumam, “Maafkan kami, Nyonya. Kami tidak dapat menyelamatkannya”

End flashback

“Ada apa?”

Aku pun sontak menarik tanganku dari dahinya ketika ia berbicara dengan matanya yang masih tertutup. Aku membalikkan badanku dan menutup wajahku dengan selimut. “Tidak ada, selamat malam”

Author POV

“Tidak ada, selamat malam”

Hayi pun memejamkan matanya, perasaan sesak menyeruak cepat. Hatinya bak di cabik-cabik oleh sekawanan beruang liar. Semua perlakuan Jisoo sudah melampaui batas kewajaran. Setelah mengambil suaminya diam-diam, ia juga membunuh bayi di dalam kandungan Hayi secara diam-diam, dan tentu saja tanpa Hanbin ketahui.

Hanbin pun menghela napasnya lalu melingkarkan tangannya di pinggang Hayi. Memeluknya erat seakan ia sangat merindukan istrinya itu. Tubuh Hayi pun mengelak dan tangan Hanbin yang berada di perutnya di tepisnya kasar. Seakan sentuhan itu sudah hina dan tidak pantas untuknya lagi.

Hanbin yang merasa aneh drngan Hayi pun bangkit dari tidurnya dan menyibakkan selimut yang menutupi wajah Hayi.

“Ada-“

“Bisakah kau berhenti bertanya ‘ada apa?’” sela Hayi.

“Kau menangis?”

Hayi pun terdiam sejenak, “Ya”

“Kenapa?”

“Tidak usah di bahas.Kau tidurlah, besok adalah konser terakhirmu” ujar Hayi dingin lalu kembali menutup wajahnya dengan selimut. Setelah ia merasakan namja di sampingnya kembali berbaring dan tertidur, ia pun kembali menangis dalam diam. Semuanya begitu menyakitkan.

Lagi-lagi, kalimat-kalimat yang di lontarkan Hanbin mengelilingi benaknya.Memaksa otaknya untuk merekam ulang kejadian kala itu.

“Kau membunuh anak kita!”

“Istri macam apa kau!”

“Dasar tidak berguna!Aku mencari uang, kau malah bersantai disini!”

“Ambilkan Jisoo minum”

“Kau berani menatapku tajam seperti itu, hah?!”

“Kau menjijikan!”

“Kau mengecewakanku, Hayi”

“Memangnya kau kira aku tidak capek, hah?”

Hayi pun menyeka air matanya dan menghela napasnya perlahan.Menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya dan berjalan keluar kamarnya. Dengan langkah gontai, ia pun mengambil mantelnya yang berada di ruang tamu dan memakai sepatu sportnya. Berjalan keluar rumah dan mengikuti kakinya yang entah akan pergi kemana.

“Mau pergi kemana?”

Hayi terpaku ketika ia sudah berjalan sampai pagar rumahnya. Suara berat namja itu menyerap cepat ke otaknya dan menyuruh tubuhnya untuk berputar, “Bukan urusanmu”

“Kau istriku, kau urusanku”

Hayi pun mendengus, “Apa aku pernah melarangmu keluar malam? Bahkan kau bersama gadis lain” sahutku.

“Kecilkan suaramu!” geram Hanbin lalu menghampiri Hayi yang masih terdiam di dekat pagar dan menariknya ke dalam rumah. Lagi-lagi Hayi menepis tangan itu dan menjauhkan dirinya dari suaminya itu.

“Jangan halangi aku”

Hanbin menatap gadis dihadapannya tajam dan kembali menarik paksa tangannya agar masuk ke dalam. Hayi pun memberontak, namun tenaganya tak cukup kuat untuk melawan tenaga Hanbin.

“Aku tak pernah melarangmu pergi bersama Jisoo! Aku tak pernah memarahimu saat kau keluar malam!” kesal Hayi, “Lepaskan aku! Aku hanya ingin pergi sendiri! Aku ingin sendiri! Aku tidak ingin bersamamu, Kim Hanbin!”

Namja bermarga kim itu tak menggubris dan tetap menarik Hayi kasar. Bercakkebiruan pun menghiasi pergelengan tangan Hayi. Setelah sampai di dalam, Hanbin pun menghempaskan tangan Hayi kasar dan menatapnya tajam, “Jangan berteriak”

“Apa pedulinya kau?!”

Hanbin melipat kedua tangannya di depan dadanya dan menatap Hayi kesal, “Berhentilah bersikap kekanakan, Hayi. Sikapmu yang seperti itu mengecewakanku”

“Kau lebih mengecewakan! Untuk apa kau menyukai gadis lain dan membawanya kemari?!” teriak Hayi frustasi, “Kau tidak tau apa-apa tentang wanita hina itu!”

“Jangan sebut ia wanita hina, Hayi!”

“Dia yang membunuh calon bayi kita! Dia yang membunuhnya! Dia yang menancapkan pisau itu di perutku dan meninggalkanku! Kau telah dibutakan olehnya, Hanbin!”

“Jangan menuduhnya!” ujar Hanbin dengan nada yang semakin tinggi.

“Terus saja bela wanita itu! Aku tau, ia lebih ada untukmu dan selalu ada untukmu! Tapi kau tidak perlu seperti ini, kau tidak perlu mencintainya jika kau memilikiku. Dan kau berhak menceraikanku jika kau telah menganggap aku tidak berguna lagi” jawab Hayi sembari menahan tangisnya.

Hanbin pun terdiam sejenak, “Kau ingin aku menceraikanmu?” tanyanya dingin.

Hayi menelan ludahnya dan mengerang frustasi, “AKU MEMBENCIMU, KIM HANBIN”ujarnya lalu meninggalkan namja itu. Namunsialnya tangan itu kembali menahan tubuh Hayi, “Aku bilang jangan keluar! Kau istriku, aku berhak atas dirimu!”

“Aku tak peduli! Kau bukan siapa-siapaku!”

“Aku suamimu!”

“Kau bukan suamiku! Kau hanyalah priabrengsek yang berselingkuh ketika istrinya sedang hamil!”

Plak

Hayi menyentuh pipi kirinya. Kali ini lebih panas dari sebelumnya. Air mata pun mulai mengalir dari matanya dan membuat Hanbin sadar akan apa yang telah ia perbuat.

Hanbin menelan ludahnya dan mengangkat tangannya yang bergetar untuk mengusap pipi kiri Hayi, namun gadis itu menepisnya dan menatap Hanbin penuh kebencian, “Aku membencimu”

Ia pun berjalan mundur ke arah pintu, dan ketika Hanbin bergerak mendekatinya, ia pun kembali berteriak, “Jauh-jauh dariku, pria brengsek!”

Lalu ia pun berbalik dan berlari menjauh dari rumahnya. Menuju kemana saja asalkan jauh dari namja itu. Selama berlari, air matanya pun dengan deras berjatuhan di kedua pipinya. Ia tak peduli lagi dengan penampilannya yang berantakan karena tak ada satu orang pun disini.

Entah apa yang membuatnya berani datang kemari malam-malam dan membuatnya duduk di depan sebuah guci kecil yang berisi abu anaknya itu.  Hayi pun menunduk, menangkupkan kedua tangannya di wajahnya dan menangis histeris. Memikirkan kembali kesalahan apa yang telah ia lakukan sehingga ia harus di khianati suaminya sendiri.

Seketika Hayi pun merasakan kedatangan seseorang di sebelahnya.Ia pun menyeka air matanya dan menoleh kearah pintu masuk. Bulu kuduknya berdiri, takut jika itu bukanlah manusia.Namun, suara yang sudah cukup akrab di telinganya terdengar semakin dekat.

“Hanbyul?”

Hayi pun tersenyum ketika mendapati adik iparnya sedang berjalan ke arahnya dengan senyum yang mengembang. Kim Hanbyul. Gadis itu pun duduk di sebelah Hayi sembari menatapnya lekat-lekat, “Kau habis menangis, eonni?”

“Ah” Hayi bergumam lalu kembali menghapus jejak air matanya, “Ya. Menangisi jasad anakku”

Hanbyul pun memeluk Hayi erat dan mengusap-usap punggung kakak iparnya itu, “Dan Hanbin oppa.Apa yang telah ia lakukan padamu, eonni?”

Hayi menggeleng, “Dia tidak melakukan apa-apa”

“Bohong.Lalu apa yang kau lakukan disini sendirian?”

“Aku- bagimana denganmu?Apa yang kau lakukan disini?”

Hanbyul pun melepaskan pelukannya pada Hayi dan menatap gadis dengan manik cokelat muda di hadapannya, “Oppa yang menyuruhku. Dia bilang kau kesini dan ingin aku menjagamu”

Hayi pun membelakan matanya, “Hanbin yang menyuruhmu?”

“Ayolah, eonni, kau sedang menutupi sesuatu dariku. Aku tau itu” desak Hanbyul memaksa Hayi menceritakan apa yang telah terjadi.

“Ja-“

“Ayo pulang”

Hayi dan Hanbyul pun menoleh ketika mereka mendengar suara namja bergema di ruangan tersebut.Hayi pun menunduk dan beranjak dari duduknya.Menyampaikan sampai jumpa pada Hanbyul lalu berjalan melewati Hanbin.

Hanbin pun mengikuti Hayi yang sudah berjalan jauh di depannya.Di tatapnya gadis yang telah mencuri hatinya ketika mereka pertama kali bertemu di gedung YGentertainmet. Mata yang di miliki gadis itu membuat Hanbin percaya akancinta pada pandangan pertama.

Sorot dingin nan tajamnya membuat hati bekunya meleleh begitu saja seakan-akan ia telah menemukan pasangan hidupnya.Sikapnya yang lembut dan penuh kerja keras membuat Hanbin terjatuh semakin dalam dengan pesonanya.Rambut pirang kecokelatannya menghiasi wajah cantiknya, ditambah dengan garis hidung yang tegas dan tubuhnya yang cukup ideal.

Sampai akhirnya ia berani mendekati gadis itu dan melamarnya. Menikahinya secara diam-diam agar netizen tidak tau apapun.Hanbin pun tersenyum puas ketika berhasil memilliki gadis itu sepenuhnya. Bahkan ia merasa sangat beruntung karena memiliki seorang istri seperti Hayi.

Namun ketika Hanbin diminta untuk berkolaborasi dengan girlgroup dari agensinya dan sibuk dengan konser tunggalnya, semua waktunya ia habiskan di studio dan berlatih bersama hoobaenya itu. Dan sebuah rasa cinta tumbuh di dirinya untuk gadis lain. Gadis yang sebelumnya pernah beradu akting bersama rekannya—Bobby.

Waktu senggang yang seharusnya ia habiskan dengan Hayi, kini ia habiskan dengan yeoja bermarga Kim itu. Memadu kasih dan lupa akan seseorang yang sedang menunggunya di rumah. Namun sesuatu yang aneh selalu merayap cepat di hatinya ketika ia sedang bersama Jisoo. Perasaan bersalah menggerogoti hatinya dan memaksanya untuk berhenti mencintai Jisoo dan kembali bersama Hayi.

Bak terhipnotis, Hanbin pun mengikuti kata-kata Jisoo dan mulai menjauh dan berhenti mencintai istrinya itu. Bahkan mata Hanbin pun tak pernah terlepas dari pesona Jisoo yang terus membutakan hati kecilnya, yang telah mengubur dalam-dalam perasaan bersalah pada Hayi karena telah berselingkuh.

Hanbin pun terus menatap punggung gadis itu yang terlihat terguncang dari kejauhan.Rasa takut mendominasi hati dan jiwanya.Dan sebuah pertanyaan pun melintas di benaknya, Apakah aku benar-benar menyakitinya?

Punggung Hayi pun hilang di balik dinding kamarnya, tidak, kamar anaknya.Di tatapnya ranjang bayi yang berdiri kokoh di hadapannya.Selimut kecil yang membungkus indah ranjangnya terdapat gambar fanart Hanbin dengan baju Mickey Mousenya.Ia pun tersenyum getir, memandang kosong kearah ranjang di hadapannya dan menghela napasnya.

Decitan pintu pun tak menggubris acara lamunan Hayi, sehingga ia tak menyadari kedatangan suaminya itu. Hanbin pun duduk di samping Hayi sembari memeluknya.Hayi pun terkejut dengan keberadaan Hanbin di sampingnya. Rasanya, sudah begitu lama ia tidak sedekat ini dengan suaminya.

“Maaf”

Hayi pun mendengus, “Bahkan maaf mu tak cukup”

“Apa yang bisa ku lakukan?” Tanya Hanbin.

“Kau tidak bisa melakukan apapun”

Hanbin pun menoleh dan menatap Hayi yang sedang menunduk, “Kenapa?”

“Semuanya sudah terlambat”

Hanbin pun mengernyitkan dahinya dan menatap Hayi lekat-lekat, “Maksudmu?”

Hayi mengangkat wajahnya perlahan.Hanbin pun terbelalak, jantungnya berdetak kencang.Ia pun beranjak dari duduknya dan berjalan mundur kearah pintu, “Tidak mungkin!”

Hanbin berlari keluar menyusuri jalan setapak yang baru saja ia dan Hayi lewati. Matanya menyorotkan sosok khawatir dan cairan bening pun mulai menumpuk di kedua matanya. Kepalanya menoleh ke kanan kiri, mencari-cari seseorang yang kini ia cari.

Langkah Hanbin pun melambat ketika ia mendapati seorang gadis sedang terbarin lemah di tengah jalanan. Darah mengucur deras di dahinya.Hanbin pun mengangkat tubuh Hayi dan berlari menuju rumah sakit terdekat.

Kepanikan terlihat jelas di kedua matanya, air mata pun berjatuhan deras di matanya.Tidak mungkin. Hanbin terus bergumam bahwa yang ia lihat di rumahnya tadi adalah Hayi dan yang berada di tangannya hanyalah orang lain. Namun ia terbangun dari lamunannya dan sadar bahwa di tangannya memanglah gadis yang ia dambakan, gadis yang secara tidak langsung telah menanggung pelampiasan hatinya dan gadis yang selalu mendapatkan tamparan keras tiap malamnya. Lee Hayi.

A month later

Hanbin POV

Aku membatalkan semua jadwal konserku untuk 2 bulan kedepan.Aku tidak peduli dengan kontrak yang telah ku buat dan harus menanggung biaya kerugian.Aku menggenggam tangan Hayi erat ketika kedua matanya mulai mengerjap. Aku melirik Hanbyul sekilas, dan mendapatinya sedang menatap Hayi berbinar. Aku pun kembali memfokuskan pandanganku pada yeoja yang sedang menatap kami—aku dan Hanbyul—bingung.

Ia pun bangkit dari tidurnya, dan menatapku ketakutan, “Siapa kalian?”

End.

A/N: Annyeong~ ini sebenernya ff kedua aku yang ada hanbinnya. Cuman ini ff pertama yang aku post yang ada hanbinnya. Ini dibuat cuma sekitar 2 jam doang, maaf kl kurang memuaskan. Dan maaf juga kl kesannya Hanbin jahat ngetz.ngek(?) mohon commentnya ya, comment kalian sangat berharga buat masa depan akuu.

22 pemikiran pada “[IFI Freelance] Don’t You Care? (Oneshot)

  1. aku ga sukaaa, ini buat sedih thoooor
    iih suka sama ini couple dan aku suka sama gaya bahasa authornya…
    tapi pas di makam itu gimana yaa? kalau pas dirumah hanbin baru sadar klo hayi kecelakaan, mimpi hanbin kah?
    tapi aku berharap ada kelanjutannya karna aku mau jisoo nyesel sama kelakuannya walau aku pun suka bgt jisoo sama bobby hahaha

    Suka

    • Makasii udah muji gaya bahasa saya *bow* jadi pas di makam hayinya masih hidup, dia menabrakkan diri pas di perjalanan pulang. Hanbinnya kayak semacem halusinasi gituu pas di rumahnya.
      Doain aja yaa saya bisa bikin sequelnyaa *bow*

      Suka

  2. Sedihh sumpah..
    Ada beberapa typo say but its ok
    Karena ceritanya kuat hampir tak terliat..

    Ini seharusnya ada lanjutannya
    Oh hanbinn huhuhu kau tega…
    Do share more darla…
    Please tagging me on twitt if you publish another chapter or another story, id twitt aku @dintaririn 🙂

    Suka

  3. aku ngamuk-ngamuk baca karakter Hanbinnya hrrrrr karena pas ama imagenya yang dingin2 gitu, jadi kebawa esmosi(?) 😡
    aku suka banget Hayi-Hanbin gara2 Let It Go *ga ada yang nanya wey-_-* jadi seneng baca FF cast Hayi-Hanbin hehehehehe
    i like your story, ditunggu cerita selanjutnya ❤

    Suka

  4. Haii kak SafnAzzahra, perkenalkan, aku Mimim Line97 ^^
    Aku suka fanficnya, aku suka sekali. Aku suka bahasanya, alurnya, yang sempat membuatku bingung tapi tidak menyerah untuk tetap membaca. Semangat menulis yaa, fighting~ 🙂

    Suka

  5. ini kenapa jadi baper gini sih..
    ehiya ini ff masih ada lanjutannya kan? plislah ada, karena mau tau kehidupan mereka sekarang gimana???!
    salam kenal ya..

    edes 92l

    Suka

Tinggalkan komentar