[Ficlet] Adorable Love

tumblr_mfhsfjtXxn1reik9vo1_500

HanHi’s story by Nur M.

Romance.

PG-13. Ficlet

Let’s Talk About Past Time Hayi-ah
Tentang sebuah masa dimana kita membahas masa lalu.

.

Pada dasarnya kamu bukan tipe yeoja  yang suka mengenang masa lalu. Suka mengais – ngais bulir pasir yang jatuh dari jam pasir Tuhan dan menyayangkan berlalunya waktu. Toh nantinya semua emosi, canda, tawa, lelucon, selama 3 tahun ini akan berakhir beberapa jam lagi. Ketika mentari terbit mengantikan bulan yang redup. Setelah pesta kelulusan ini. Semua memori akan berganti jadi kenangan.

Kamu menghela napas. Menatap langit yang betabur bintang. Dengan alasan mencari udara segar, kamu melarikan diri ke beranda gedung yang angkatanmu sewa untuk lepas kenang. Hiruk – piruk dalam gedung, membuatmu tanpa sadar mengulas sebuah senyum. Mereka pasti sedang tanding minum, pikirmu. Mentang – mentang sudah lepas dari kekangan peraturan sekolah dan pengawasan orang tua. Dasar.

Kamu meminum lemon squach-mu dengan lembut. Menikmati malam panjang yang sebentar lagi berakhir. Kamu melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan kananmu. Benda kecil bundar itu menunjukkan pukul 11.48 pm. Ah, sudah larut sekali ternyata, batinmu. Kemudian kembali meminum lemon squach-mu. Untuk kali ini saja, kamu biarkan peraturan jam malam tidak berlaku. Malam ini saja.

Tap… tap… tap…

Kamu berbalik. Melihat seorang namja dengan senyum yang sangat mempesona berjalan menghampirimu. Namja itu, Kim Hanbin, mengulas sebuah senyum. Seulas senyum yang menyiratkan “Melarika diri? Hem?”

Kamu tertawa. Mengulas sebuah senyum yang juga menyiratkan sesuatu. Kalian memiliki cara yang unik untuk berkomunikasi. Segala macam bentuk perkataan yang terucap tidak berlaku pada kalian. Karena hanya dengan memandang satu sama lain, kalian sudah bisa mengetahui segalanya. Walau diam, walau hening, walau sunyi, sebenarnya kalian sedang berbicara. Mungkin itu yang disebut telepati.

“Kamu tau, aku tidak tahan dengan alkohol. Aku tidak ingin mengambil resiko.”

Hanbin berpikir sejenak kemudian dia mengangguk sadar. “Benar juga,” siratnya setuju. Dia melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda lalu berhenti tepat di sampingmu “Aku pernah melihatnya, dan itu sangat memalukan. Kusarankan jangan pernah mabuk di depan namja lain selain aku.”

“Kenapa?” Hanbin mengangkat bahunya kemudian mengulas sebuah senyum “Entahlah. Jangan saja.” Kamu mengangguk seolah – olah mengerti dengan gerakan yang dibuat – buat. Kamu terdiam sejenak, hanyut dalam tatapannya kemudian…. kamu berpaling. Menatap langit malam yang bertabur bintang “Tenang saja,” ujarmu “Saat itu aku masih labil. Jadi wajar kalau emosiku sering lepas kendali.”

Hening sejenak kemudian dapat kamu dengar dia tertawa renyah. “Sok dewasa,” ejeknya geli. “Sebentar lagi aku 20 tahun Hanbin-ya,” kamu menggingatkannya bahwa kamu bukan remaja labil lagi. “Benarkah?” Hanbin memasang ekspresi kaget yang dibuat – buat. Dapat kamu rasakan sepasang matanya tidak pernah berpaling darimu.

Hanbin menopang dagu pada tangan kananya yang bertumpu di pagar beranda. “Bagiku kamu masih Hayi yang 17 tahun,” ujarnya kalem. Kamu menoleh, dia berhasil mendapatkan perhatianmu kembali. “Kenapa? Aku tidak pernah ingat telah berbuat sesuatu yang istimewa padamu saat itu, Hanbin-ya.”

“Kamu hanya tidak mengingatnya,” Hanbin kembali bertelepati. Dia menaikkan salah – satu alisnya diikuti senyum yang terukir di wajahnya yang oval. Dia menunggumu menebaknya. Satu gerakan mengangkat bahu yang kamu lakukan sambil memasang ekspersi tidak ingat sama sekali membuatnya menyerah dan kembali bersuara. “Empat  Juli, pukul dua lewat limabelas a.m.” Kamu masih tidak ingat, dan saat dia melanjutkan kalimatnya, saat itu juga kamu rasakan bumi berhenti berotasi.

“Kamu menyatakan perasaanmu padaku.”

“ITU SU… ehem, itu sudah lama sekali.” Lalu dia kembali tertawa geli, membuatmu sadar bawa saat ini dia sedang mengodamu. Seperti dulu. “Aku baru tahu kamu suka mengingat masa lalu,” kamu berusaha mengubah topik.

“Hanya pada moment – moment tertentu yang menurutku menarik.”

“Dan itu termasuk dalam kategori menarik? Hanbin-ya,” kamu menatapnya intens “Neol nappuen namja,” lanjutmu pelan. Kamu marah? Tidak. Hanya anak kecil yang marah dengan sesuatu yang sudah berlalu. Mau Hanbin mengingatnya sekarang atau 10 tahun lagi gak masalah. Kamu lebih ke arah tersinggung. Hanbin menyiratkan semua itu dengan senyum geli yang masih terukir di wajahnya. Seolah mengolok perasaanmu.

“5 Juli, pukul Sembilan lewat empat puluh lima menit,” Hanbin kembali mengisi keheningan “aku juga ingat pernah seorang yeoja menelponku dan…”

“Agh!” kamu reflek menutup mulut ember Hanbin dengan telapak tanganmu. “Kamu benar – benar menyebalkan. Aku baru tahu kamu bisa se-rese ini.” Hanbin menaikkan salah – satu alisnya.

Begitu sedikit yang kamu ketahui tentangku, Hayi-ah.” tatapan itu, lagi – lagi kamu hanyut dalam pesonanya. Membuatmu tidak bisa berpikir jernih untuk sesaat. Dan, tanpa sadar, sepasang matamu menyiratkan sebuah pertanyaan yang seandainya bisa, kamu ingin pendam selamanya.

“Jadi, karena itu kamu menolakku?”

.

.

Itu pertama kalinya ketika keheningan memimpin cukup lama. Hanbin tertegun dan kamu membeku. Saat kamu sadar, semua sudah terlambat. Hanbin melihatnya dengan jelas. Kamu hanya bisa tersenyum kikuk, kamu menarik tanganmu yang masih membungkam Hanbin dengan berlahan. Namun, Hanbin menahannya. Membiarkan tangan mugilmu menahan bibir merah mudahnya.

“Tidak juga.”

“Lalu?”

“Aku hanya ingin fokus belajar.”

“Lying.”

“I say the truth, Hayi-ah.”

“Aku baru tahu ada juga namja yang lebih mementingkan pendidikan dibanding yang lain. Apa kamu yakin kamu benar – benar remaja yang besar di Korea?” pertanyaan itu malah terlihat lebih ke sindiran.

“Sudah kubilang, sedikit sekali yang kamu ketahui tentangku.”

“Kamu benar. Sedikit sekali yang kuketahui tentangmu.”

“Kalau mau tau lebih banyak,” Hanbin memiringkan kepalanya “Tidak ada kata terlambat.” Eh? Kamu menatapnya bingung. Dengan berlahan dia melepaskan tanganmu lalu menggenggamnya. “Aku akan pergi ke Inggris,” serunya tiba – tiba. Tidak ada waktu untukmu terkejut atau menjerit kaget. Karena sejurus kemudian dapat kamu rasakah Hanbin menyelipkan selebar kertas.

Kamu melirik kertas itu sejenak. Sekilas, dapat kamu lihat namamu tertera dengan font besar diikuti… nama sebuah penerbangan internasional dengan tujuan London. “Hayi-ah,” bisikkan itu menghentikan niatmu bertanya.

“Ikutlah denganku.”

10 pemikiran pada “[Ficlet] Adorable Love

  1. Astaga sweet amat abang Hanbin !!
    Tuh kalo Hayi kagak mau tu tiket mahal di apain coba?
    Yowes , hati hati dlm perjalanan, jgn naik pesawat Lion ye bwakaka
    Aduhhh ni fic bener bener sesuatu astagahhh~
    Sweetnya dpt , biar pun gak fluff fluff gmn, sweetnya kena >.<

    Suka

  2. Sweet kak, jadi gemes bacanya>.<
    Ah kenalin, aku Salcha. Aku reader baru disini. Maaf baru notice blog ini, soalnya aku jarang" ngejelajahin google sampe dalem(?) Salam kenal ya kak~~^^

    Suka

Tinggalkan komentar