[IFI Freelance] Don’t You Care? – Sequel (Oneshot)

IMG_20141215_195049

A story by Sfn (@Sfnzhra)

Main cast:

Lee Hayi | Kim Hanbin

Genre: Hurt, married-life

Rating: PG 13+

Summary: Aku menatap namja di hadapanku tidak peduli. Menarik lengan namja yang berada di sebelahku dan menyuruhnya untuk mendekat. Mengatakan pada Kim Hanbin bahwa temannya ini adalah kekasihku, namja yang lebih pantas menggantikan posisinya sebagai pendamping hidupku.

Disclaimer: para cast milik Tuhan YME. Alur dan ide murni dari otak walaupun terinspirasi dari ff lain. Ini hanyalah fiksi belaka dan tidak bermaksud menjelekkan nama idol.

__o0o__

Berbulan-bulan telah berlalu dengan kepedihan di hati Hanbin. Menyayat hatinya dan memberikan rasa amat bersalah pada gadis yang sedang menyantap sarapan di hadapannya.

Sejak kecelakaan itu, Hayi selalu bersikap dingin dan tertutup pada orang di sekitarnya. Tidak peduli dengan keadaan sekitarnya termasuk namja yang mengaku sebagai suaminya saat ia terbangun sebelas bulan yang lalu. Namun kilasan-kilasan memori atas perbuatan namja itu di masa lalu, membuatnya menarik kesimpulan bahwa ia adalah pria yang jahat.

Hayi selalu menyangkal jika Hanbin mengatakan bahwa ia adalah istrinya. Atau bahkan bisa aja ia mengamuk jika Hanbin tetap mengatakan itu. Namun pada akhirnya, Hayi akan kembali seperti biasa dan menjalankan hari-harinya tanpa bersuara.

“Kau akan kembali bekerja hari ini?”

Hayi pun tidak menjawab, masih fokus pada makanan di hadapannya. Ia merasa tidak tertarik dengan pertanyaan yang meluncur pada mulut namja itu. Hanbin mengangguk dan menghela napas, “Jangan pulang terlalu malam. Kau bisa sakit”

Gadis bermarga Lee itu mengangkat wajahnya, menatap Hanbin datar dan bangkit dari duduknya. Ia melenggang pergi menuju luar rumah tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.

Selalu seperti ini.

Hanbin menghela napasnya dan mengambil piring kotor yang berada di atas meja makan. Membawanya ke dapur dan mencucinya. Ia menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan.

Setetes air mata pun meluncur dari sudut mata Hanbin, menyisakan jejak di pipi dinginnya. Disekanya air mata  itu dan sekelibat memori akan malam itu terekam ulang di benaknya.

Flashback

Jam menunjukkan pukul setengah duabelas malam, namun Hayi belum juga pulang dari tempat bekerjanya. Aku memijat keningku karena pening, sudah beberapa minggu terakhir ia pulang semalam ini.

Sebuah cahaya pun memantul sampai ke dalam jendela rumah, ini sudah ke empat kalinya ia di antar dengan mobil yang tak ku tau siapa pemiliknya. Terdengar suara debaman pintu di luar sana, lalu suara decitan pagar dan berakhir pada pintu rumah kami yang terbuka.

Aku beranjak dari dudukku dan menghalangi jalannya. Menatapnya lekat-lekat sampai ia menyadari keberadaanku. Hayi pun membalas tatapanku dingin dan terdiam.

“Siapa?”

“Bukan urusanmu”

Aku menghela napas, “Siapa namanya?”

“Apa? Yang mana?” tanyanya datar.

“Seseorang yang mengantarmu pulang, siapa namanya?”

“Kim Donghyuk”

Ia pun pergi dari hadapanku dan menuju kamar. Sementara aku masih berdiri terkaku di tempatku, tak percaya bahwa rekanku sendiri yang akhir-akhir ini mengantar istriku pulang.

Aku menghela napas berat dan menghampirinya yang sedang berganti baju di kamar. Aku pun terduduk di bibir ranjang sembari menatapnya yang kini sedang menyisir, “Siapa Kim Donghyuk?” tanyaku.

“Temanmu”

“Bukan, maksudku, apa hubunganmu dengan Kim Donghyuk?”

Ia pun terdiam sejenak, “Pacarku”

End of flashback

Hanbin menggerutu kesal ketika air keran di dapurnya seketika meluap dari baskom air. Ia terlalu banyak melamun akhir-akhir ini. Hanbin pun langsung menutup keran air itu dan menanggalkan celemek yang ia pakai di kursi meja makan.

Ia terduduk di sofa yang berada di ruang tamunya dan kembali melamun. Semuanya begitu menyakitkan, di awali dari Hayi yang kala itu memaksa Hanbin mengantarnya ke sebuah toko kaset sampai ia membawa Donghyuk ke rumahnya.

“Untuk apa kau membeli kaset?”

“Aku ingin mendengar suara Donghyuk”

“Kata teman-temanku ia sangat tampan di musik video terbarunya!”

“Aigoo suaranya sangat mengagumkan”

“Darimana saja kau baru pulang?”

“Aku berkencan bersama Donghyuk, kau tidurlah”

“Hanbin, Donghyuk kehujanan, pinjamkan ia bajumu”

“Jangan membantah!”

“Jangan marahi Donghyuk!”

“Dia pacarku!”

“Jangan sentuh Donghyuk!”

“Kau bersama namja itu lagi?!”

“Jangan ikut campur”

“Sudah ku bilang, kau ini bukan suamiku!”

“Donghyuk lebih pantas mengganti posisimu”

“Aku tidak butuh kau, Hanbin”

“Pergilah, aku bosan melihatmu disini”

“Hayi! Kau ingin menghancurkan hubungan persahabatanku dengan Donghyuk?!”

“Itu masalahmu. Kau yang bersahabatan, bukan aku”

“Jika kau memang suamiku, seharusnya kau tidak perlu membentakku, Kim Hanbin”

“Sudah berapa kali ku bilang, jangan ikut campur masalahku”

“Donghyuk lagi?”

“Aku berencana menginap di rumahnya”

“Dia ingin memperkenalkanku pada eommanya”

“Diam!”

“Aku tidak butuh nasihatmu, Hanbin”

“Kau tidak berhak atas diriku”

Hanbin terisak, air mata dengan deras berjatuhan di kedua pipinya. Membasahi wajahnya dan membuat hidung serta matanya memerah. Kalimat-kalimat Hayi seakan baru saja terucap di telinganya dengan keras.

Hanbin menggeram kesal, berteriak kencang karena frustasi sembari terus menerus menarik rambutnya. Rasa bersalah kembali menyeruak cepat di dadanya. Menghantui pikiran serta hatinya. Membuatnya semakin ingin mengakhiri hidupnya.

“AKU MENYESAL, HAYI, AKU MENYESAL”

Hanbin semakin berteriak kencang. Kalimat yang terlontar dari bibirnya membuat hati kecil dari seorang namja bermarga Kim itu tergerak untuk meminta maaf kepada kedua orangtua Hayi dan orangtuanya karena telah mengingkari janji sucinya pada Hayi di altar pernikahan mereka.

Suara ketukan pintu terdengar ketika Hanbin usai membasuh wajahnya. Nada ketukan pintu tersebut seakan terburu-buru dan mendesak, sehingga membuat Hanbin sedikit berlari dan membuka pintunya. Ia pun terbelalak kaget ketika mendapati kedua orangtuanya dan kedua orangtua Hayi berada di depan pintu rumahnya sembari menatap Hanbin marah.

“Ah a- annyeong” ujarnya lantas membungkuk sopan. Namun sebuah tamparan keras mengenai pipi Hanbin. Hanbin pun menunduk, Tuhan mendengarku?

“S- si- silahkan masuk” ujar Hanbin lagi dengan nada sedikit bergetar. Ke empat orang yang sudah paruh baya itu pun masuk ke dalam rumah Hanbin dan duduk di sofa yang berada di ruang tamu.

“Ada apa abeoji, eomma, abeonim dan eommonim datang kemari?” tanya Hanbin sembari menunduk.

“Kau mempermalukanku, nak” geram tuan Kim.

“Teman-temanmu menceritakannya pada kami” sahut tuan Lee.

“Teman-teman?” tanyanya lantas menatap appanya itu.

“iKON, grupmu. Mereka tau segalanya. Bagaimana bisa kau berselingkuh ketika istrimu sedang mengandung?! Macam baji*gan apa, kau?!”

“Yeobo, tenang sedikit” ucap nyonya Kim pada suaminya yang sedang meledak atas emosinya.

“Awalnya aku tidak percaya kalau kau menuduh Hayi membunuh janinnya, apa maksudmu dengan itu? Kenapa mereka tidak mengatakan pada kami alasan sebenarnya?” kali ini nyonya Lee angkat bicara.

Hanbin pun menghela napasnya, menundukkan kepalanya dan setetes air mata terjatuh di pipinya, “Aku sangat menyesal, aku sangat menyesal telah menuduhnya” ujarnya bergetar, “Aku tidak tau kalau Jisoo yang membunuhnya”

“Jisoo?! Siapa Jisoo?!” kesal tuan Kim, “Dia selingkuhanmu itu, hah?!”

Hanbin mengangguk pelan, “Maafkan aku, abeoji”

“Aku tidak pernah mengajarkanmu mengkhianati seseorang yang kau cintai, Kim Hanbin! Apa yang membuatmu seperti ini?!”

Hanbin pun terisak, “Abeoji, mianhae”

“Yeobo, tenanglah, ingat jantungmu” tenang nyonya Kim pada tuan Kim.

“Aku dengar, Hayi selalu bersikap buruk padamu dan bersikap baik ketika kau tidak bersamanya” ujar nyonya Lee tenang, “Sebaiknya kau ceraikan saja, Hanbin. Ia berhak untuk bahagia jika denganmu ia tidak bisa berbahagia”

“Ia berhak atas dirinya sendiri untuk pergi darimu” sahut eommanya Hanbin.

Hanbin menggeleng, “Tidak, aku telah menebus kesalahanku walaupun tak seberapa. Aku telah membiarkannya hidup bahagia bersama namja lain, aku telah membiarkannya bersikap dingin padaku dan memarahiku sepuasnya” ia pun menarik napas, “Aku telah memperjuangkannya sama seperti kala ia memperjuangkanku untuk kembali, aku telah membiarkan jejak tangannya bertemu dengan pipiku setiap malamnya, aku sudah dapat merelakannya jika ia membawa namjanya ke dalam rumah ini. Namun jika Hayi ingin aku pergi dari hidupnya, lebih baik aku menabrakkan diriku dan berharap bahwa aku akan hilang ingatan sepertinya”

Tuan Kim pun hendak membuka mulutnya, namun Hanbin menyelanya dan kembali berbicara, “Kalian boleh memaki atau bahkan melakukan kontak fisik denganku. Aku memang sangat bodoh karena telah menyia-nyiakan wanita seperti Hayi. Aku sadar bahwa aku sangat mencintainya dan tidak ada satupun wanita yang dapat menyamai rasa cintaku pada Hayi. Aku yang mengejarnya, aku yang mendapatkannya dan aku juga yang melepaskannya. Namun aku sadar bahwa ia masih milikku, walaupun aku mengingkari janji kami saat di altar, aku akan memperbaikinya. Aku akan memperbaiki segalanya, janji kami, memori kami dan Hayi. Aku akan mengembalikan Hayi pada tuan dan nyonya Lee saat ia telah sembuh total. Aku janji itu”

“Ia sudah sembuh-“

“Belum, appa. Ia bahkan tak ingat kedua orangtuanya” sela Hanbin.

Plak

Tangan kekar milik tuan Lee memberi jejak di pipi kanan Hanbin. Ia pantas mendapatkannya, pikir tuan Kim.

Hanbin pun mengangguk, menelan ludahnya dan mengangkat wajahnya—menatap tuan Lee. “Maafkan aku, abeonim, eommonim”

“Kau berhutang padaku, Hanbin”

“Kami memberimu satu kesempatan terakhir” ujar nyonya Lee.

“Anak ini tak pantas di beri kesempatan lainnya” sahut tuan Kim yang masih emosi.

“Tenanglah, aku percaya akan ucapannya. Ia sama sepertimu, selalu menepati janji. Walaupun mengingkarinya sedikit” sinis tuan Lee.

“Hanbin, kami akan pulang. Berhati-hatilah” ujar nyonya Kim lalu memeluk anak sulungnya itu, “Aku percaya bahwa kau tidak akan melukainya lagi” lanjut nyonya Kim yang diiringi setetes air mata. Hanbin pun mengangguk, “Terima kasih, eomma”

Dilepasnya pelukan sang eomma pada Hanbin. Ia beranjak dari duduknya yang diikuti dengan ketiga lainnya. Namun belum sempat mereka keluar dari pintu, Hanbin kembali terisak, ia pun bersujud di kaki appanya itu.

“Appa, maafkan aku. Aku memang bodoh dan gegabah. Tapi tolong maafkan aku”

Para wanita dan lelaki paruh baya itu pun mendesah dan menatap Hanbin kasihan. Yah, walaupun apa yang dilakukan Hanbin adalah sebuah kesalahan, namun ia tetaplah manusia yang tak luput dari kesalahan.

“Berdirilah, nak”

Dengan kaki bergetar serta wajahnya yang sudah memerah, Hanbin pun bangkit dan berdiri tepat di hadapan appanya itu. Ia menunduk, rasa takut membuatnya semakin bergetar dan terisak dalam diam.

“Maafkan aku” lirihnya, “Tuan Lee, nyonya Lee, maafkan aku”

Dalam sekejap, kehangatan pun menyelimuti tubuh Hanbin yang bergetar hebat. Dekapan seorang ayah memang sangat di butuhkannya untuk saat ini. Detik selanjutnya, Hanbin mengangkat tangannya dan membalas pelukan appanya itu. Di sembunyikannya wajah merahnya di bahu sang appa, dan ia pun kembali menangis.

“Aku tau kau memang bodoh, gegabah dan brengsek karena telah berselingkuh. Kau memang tak pantas untuk menjadi pendamping hidup Hayi jika kau bersikap seperti ini” ujar tuan Kim, “Buat Hayi bahagia, aku memberimu waktu enam bulan. Jika ia tetap membencimu, maka kami akan memutuskan untuk menceraikannya darimu”

Hanbin pun mengangguk, “Ya, tentu. Aku akan membahagiakannya”

Tuan Kim pun mempererat pelukannya dan tak terasa setetes air mata terjatuh di pipinya. “Aku belum bisa memaafkanmu, nak”

“Appa, aku berjanji akan memperbaiki segala hal yang telah aku hancurkan. Aku berjanji”

“Aku pegang janjimu, Hanbin”

Tuan Kim pun melepas pelukannya dan menyeka air matanya. Setelah itu mereka berempat pun pergi dari rumah Hanbin dan menuju ke rumah masing-masing. Hanbin yang masih terpaku di tempatnya kini terjatuh, terduduk di lantai sembari menarik rambutnya lagi.

“Ya Tuhan, maafkan aku. Aku memang bodoh. Aku tidak tau bagaimana caranya berterima kasih karena Kau telah memberikanku wanita sebaik Hayi. Ya Tuhan, kembalikan ia padaku. Aku berjanji tidak akan melukainya, ya Tuhan. Kembalikan ia padaku”

“Aku disini”

Hanbin pun terpaku, sementara air mata masih terus meluncur dari kedua matanya. Suara wanita itu bagaikan menggema di telinganya, membuat tubuhnya lagi-lagi bergetar hebat.

Hanbin membulatkan matanya kaget ketika tangan yang cukup dingin menggenggam tangannya. Dengan perlahan, ia pun mengangkat wajahnya dan mendapati gadis itu sedang menatapnya sendu.

“Aku kembali, ya, aku kembali”

Hanbin terdiam sejenak ketika ia mendapati air mata di pipi gadis itu. Dengan tangan yang sangat bergetar, Hanbin menyeka air mata di pipi gadis itu dan menelan ludahnya berat. Kemudian, di peluknya gadis itu dan membuatnya kembali menangis.

“Maafkan aku, aku sangat menyesal”

Gadis itu pun membalas pelukan Hanbin erat dan kembali terdiam di dalam pelukan Hanbin. Ia menangis. Hayi merapatkan tubuhnya dengan Hanbin, sudah hampir 11 bulan ia tidak dapat merasakan hangatnya tubuh namja yang ia ketahui sebagai suaminya dan yang diam-diam ia cintai lagi.

Hanbin pun melepas pelukannya, menangkup wajah Hayi dan mendapatinya sedang menangis. Namja itu tersenyum bahagia dan mencium bibir gadis itu lembut. Semua doanya seakan di dengar oleh Tuhan. Pengorbanan akan cintanya sudah dilihat oleh Tuhan dan pantas diberi di bantuan oleh-Nya.

Setelah sekian lama ia menempelkan bibirnya pada Hayi, bibir itu pun terlepas. Ia menatap Hayi berbinar dan begitupula sebaliknya. Detik selanjutnya, Hayi pun tersenyum dan menangis bahagia.

4 months later

“Hayi?”

Namja itu memeluk gadisnya dari belakang ketika ia mendapati gadisnya sedang mencuci piring. Di sandarkannya kepalanya di bahu Hayi dan membuat Hayi tertawa kecil, “Ada apa?”

Hanbin pun terdiam sejenak, “Kau sudah menyelesaikan pekerjaanmu itu?”

“Sudah” ujar Hayi sembari memutar badannya dan menatap Hanbin lekat-lekat, “Kau ingin membicarakan sesuatu?”

Hanbin pun mengangguk, “Kau sudah membaca buku harianmu dulu?”

“Sudah” jawabnya, “Aku baru sadar kalau kau yang mengejarku dan menempelkan foto kita dibuku harianku itu”

Hanbin pun tersenyum, “Aku yang menempelnya, dan kau yang menulis buku harian itu. Tapi aku berani bersumpah, aku tidak membaca apapun”

Hayi mengangguk, “Ada lagi?”

“Sebenarnya ada, tapi kau tidak ingin beristirahat dulu?”

“Tidak perlu”

“Kau yakin?”

Hayi pun mengangguk dan tersenyum, “Tentu. Katakan saja”

Hanbin menarik tangan Hayi lembut dan membawanya ke dalam kamar. Mereka pun duduk di sofa yang berada di dekat ranjang mereka sembari menatap satu sama lain. Hanbin menggenggam tangan Hayi erat, seakan ingin menyalurkan kekhawatirannya pada gadis itu.

“Aku memiliki janji pada kedua orangtuamu”

Hayi mengernyitkan dahinya bingung, “Janji apa?”

“Aku-” Hanbin terdiam sejenak, suaranya seakan tercekat dan lidahnya kelu, “Aku akan mengembalikkanmu pada kedua orangtuamu ketika kau sudah sembuh total”

“Kenapa?”

“Karena mereka tak ingin kau tersiksa denganku”

“Aku? Tersiksa?” Hayi pun tertawa, “Aku tidak akan pernah tersiksa lagi. Kau telah berjanji kepada Tuhan untuk tidak melukaiku lagi”

Hanbin pun terdiam, ia menatap gadis bermarga Lee itu khawatir. Gadis itu pun kembali tertawa dan menangkup wajah namja yang sudah ia terima sebagai suaminya itu, “Tidak usah khawatir. Aku akan mengatakannya pada kedua orangtuaku”

“Aku memiliki pertanyaan untukmu” ujar Hanbin cepat.

Hayi pun mengangkat kedua alisnya bingung dan mengangguk, “Apa itu?”

“Sebenarnya setelah kau bangun dari koma-mu saat itu, apakah kau benar-benar lupa denganku?” tanyanya.

Hayi mengangguk, “Aku benar-benar lupa. Namun benakku terus mengatakan bahwa  namja di hadapanmu ialah pria jahat, kau tidak pantas bersamanya, ia yang membuatmu seperti ini

“Lalu bagaimana bisa kau tiba-tiba ada di rumah dan mengatakan kau kembali saat itu?” tanya Hanbin lagi.

“Yang mana?” tanya Hayi balik.

Hanbin pun mengangkat alisnya, mencoba membantu Hayi mengingat kejadian saat itu karena ia terlalu malu untuk mengatakannya. Setelah beberapa saat hening, Hayi pun menjentikkan jarinya dan membuka mulut, “Hari dimana orangtua kita datang ke rumah? Kau menangis berdoa pada Tuhan kan? Di ruang tamu?”

“Aish” kesal Hanbin, “Kau tidak perlu mengatakan itu, yeobo. Itu memalukan” ujar Hanbin lalu mengacak-acak rambut Hayi.

Hayi pun tertawa sembari merapikan rambutnya, “Kenapa dengan hari itu? Tadi kau bertanya apa, ya?”

Hanbin lantas tersenyum, “Bagaimana bisa kau berada disini dan mengatakan kau kembali? Aku sangat ingat, ketika kau menyantap sarapan kau bahkan mendiamkanku dan pergi begitu saja”

“Sebenarnya saat itu aku sudah benar-benar pulih”

“Mwo?!”

“Aku bahkan sudah pulih setelah 8 bulan terbangun dari koma”

“Maksudmu?”

Flashback

5 months after woke up from coma

Aku berjalan menyusuri gedung yang telah disebutkan oleh teman-teman baruku. Semuanya terasa sangat tidak asing ketika aku mulai menjejakkan kakiku di gedung ini. Gedung ini seperti memiliki hubungan rahasia denganku.

Yunhyeong oppa mengatakan kami akan bertemu di kafetaria. Aku pun bertanya pada seorang satpam dimana kafetaria berada, namun kejadian mencengangkan terjadi. Satpam itu mengenalku, ia bahkan menyebutkan nama lengkapku tanpa aku beritahu sedikit pun. Ia bahkan mengatakan bahwa dulu kami sangat dekat.

Tidak mungkin.

Satpam itu pun mengantarku ke kafetaria yang ternyata berada tidak jauh dari tempatku sebelumnya. Setelah sampai di kafetaria, tak lupa ku ucapkan terima kasih pada satpam itu.

Aku terkejut ketika mendapati iKON, Soohyun, Chanhyuk dan Jennie Kim dengan kawan-kawan sedang berkumpul di kafetaria. Aku tersenyum ketika Jinhwan oppa menyapaku yang diikuti dengan tatapan aneh dari wanita itu.

Aku mendekat kearah Jinhwan oppa dan duduk di sampingnya. Sementara yang lainnya menatapku penuh selidik, “Ada apa?”

“Apakah kau merasa tidak asing dengan suasana gedung ini?” tanya Bobby oppa.

Aku mengangguk, “Aku dapat merasakan sesuatu yang tidak asing disini. Tapi aku lupa apa itu”

“Kau dulu bekerja disini, eonni” sahut Soohyun.

Aku pun mengernyitkan dahiku, “Di kafetaria?”

Mereka semua pun tertawa, “Bukan. Kau bekerja di gedung ini, sebagai artis” jawab Chanhyuk.

Aku pun membulatkan mulutku dan ber-oh ria. Setelah itu aku kembali membuka mulutku, “Lalu kenapa kalian berada disini? Aku pikir hanya Yunhyeong oppa dan Jinhwan oppa yang mengajakku?”

Mereka pun terdiam sejenak. Sampai wanita itu membuka mulutnya, “Aku ingin meminta maaf atas perlakuanku pada Hanbin dan dirimu”

“Maksudmu?”

“Aku tau kau mengalami kecelakaan kala itu dan hilang ingatan. Tapi aku ingat betul bahwa itu bukanlah kecelakaan, tapi kau menabrakan dirimu pada mobilku”

Seluruh pasang mata pun tertuju pada wanita itu. Sementara aku malah menunduk dan mengangguk, “Ya, aku ingat. Aku memang menabrakkan diriku pada mobil yang sedang melintas saat itu”

“Itu mobilku” aku wanita itu, “Saat itu aku berniat untuk memanggil ambulans karena aku tidak membawa ponselku. Jadi aku mendiamkanmu disana untuk sementara, tapi saat aku kembali bersama ambulans kau sudah hilang” jelas wanita itu.

“Jadi kecelakaan itu bukan karena Hanbin hyung?” tanya Chanhyuk.

Aku menggeleng, “Sebenarnya sih karena aku tidak kuat lagi untuk hidup bersamanya karena wanita itu. Jadi aku memutuskan untuk bunuh diri, tapi aku berakhir kembali hidup dan hilangan ingatan”

“Maafkan aku, karena diriku, hubungan rumah tanggamu hancur” ujar wanita itu lagi. Entahlah, sekeras apapun aku berpikir dan mengingat nama wanita itu, aku selalu saja lupa dan susah untuk mengingatnya.

“Aku belum bisa memaafkanmu, maaf”

Jinhwan oppa pun berdehem, “Maksud kami berkumpul disini karena kami ingin membantumu kembali”

“Kembali?” tanyaku sembari menatapnya.

“Kami ingin mengembalikan ingatanmu” ujar Lalis.

Aku pun tersenyum dan menatap mereka semua, “Tidak perlu. Aku terlalu banyak merepotkan kalian. Biarkan saja Hanbin seperti itu , ia pantas mendapatkannya karena telah melukaiku dulu”

“Tidak, itu salahku. Aku merebutnya darimu sehingga aku harus mengembalikannya padamu” sahut wanita itu.

“Itu salahku juga. Awalnya aku hanya berniat membantumu kembali bersama Hanbin hyung tapi aku malah menyukaimu dan membuat kalian semakin bertengkar hebat” sahut Donghyuk.

Aku pun mengangguk, “Baiklah. Tapi lakukan bertahap. Dari sangat awal, ceritakan padaku apa yang terjadi padaku dengan Hanbin sehingga ia mengatakan bahwa ia adalah suamiku”

Dan semenjak itu, mereka membawaku ke beberapa tempat di gedung ini secara berskala. Tentunya tanpa Hanbin ketahui. Aku selalu beralasan bekerja untuk melakukan ini, mengembalikan ingatanku.

Waktu berjalan cepat, tiga bulan telah berlalu dan ingatanku sudah tiga perempat kembali ke dalam benakku. Aku tersenyum ketika mendapati Hanbin sedang bekerja di studio miliknya di gedung YGentertainment. Tepat saat ia menoleh kearahku, aku mengumpat dan berlari menjauh agar tidak ketahuan. Dan itu akan terus seperti itu, aku selalu memperhatikannya sampai rasa cinta kembali tumbuh dihatiku.

Lagi, waktu berlalu begitu cepat sampai sebelas bulan telah berlalu setelah aku terbangun dari komaku. Aku tersenyum, bermaksud ingin membangunkan namja di sampingku yang sedang tertidur. Namun aku tidak bisa, aku takut rasa sakit terus membutakan hatiku dan mengulangi perbuatan yang telah ku perbuat kala itu.

Sampai pada akhirnya ia mengulat dan aku memejamkan mataku—berpura-pura tidur. Ia pun menyentuh dahiku dan merapikan rambut yang menutup mataku. Dan seketika aku dapat merasakan sesuatu yang kenyal dan sedikit basah menyentuh keningku.

Saat ia beranjak dari kasur dan terdengar bunyi decitan pintu terbuka, aku tersenyum bahagia dan tertawa kecil. Aku pun beranjak dari tidurku dan menyambar handukku untuk membasuh diriku.

Setelah itu aku pun duduk di hadapan Hanbin sembari menyantap sarapan yang telah ia siapkan.

“Kau akan kembali bekerja hari ini?”

Aku pun hendak menjawab, tapi lagi-lagi benakku menyuruh mulutku untuk diam dan menahan rasa yang ingin meledak di hatiku. Sehingga aku mendiamkannya dan tetap fokus pada makanan dihadapanku.

“Jangan pulang terlalu malam. Kau bisa sakit”

Aku mengangkat wajahku dan beranjak pergi tanpa sepatah kata. Meninggalkannya sendirian di meja makan. Namun tidak, aku tidak benar-benar pergi. Aku hanya berdiri di balik pagar dan kembali masuk ketika ia sudah tidak ada di sekitar rumah bagian depan. Lalu aku bersembunyi di balik dinding dekat pintu rumah kami dan mencoba mendengarkan apa yang terjadi. Ini adalah kebiasaanku, mengatakan aku pergi bekerja dan bersembunyi disini. Setiap harinya.

Sampai waktu sudah menunjukkan 30 menit setelah aku pergi dari rumah. Suara erangan pun terdengar dan membuat hatiku pilu.

“AKU MENYESAL, HAYI, AKU MENYESAL”

Aku menangis dalam diam dan berjongkok di tempatku. Semuanya begitu menyedihkan sampai aku mendengar deru mobil berhenti di depan rumahku. Aku pun bersembunyi di balik pot tanaman dan mendapati kedua orangtuaku dan orangtua Hanbin memasuki rumah kami dengan amarah.

Dapat kulihat dengan jelas bahwa abeonim menampar wajah Hanbin kencang yang membuat namja itu bergetar. Aku pun merasa sangat bersalah karena tidak mengatakan atau bahkan menunjukkan yang terjadi pada mereka. Seharusnya aku menunjukkan pada mereka bahwa aku telah pulih.

Sampai pada akhirnya aku melihat ke empat orang paruh baya itu meninggalkan rumah kami dan teriakan Hanbin kembali mengisi gendang telingaku.

“Ya Tuhan, maafkan aku. Aku memang bodoh. Aku tidak tau bagaimana caranya berterima kasih karena Kau telah memberikanku wanita sebaik Hayi. Ya Tuhan, kembalikan ia padaku. Aku berjanji tidak akan melukainya, ya Tuhan. Kembalikan ia padaku”

Aku pun beranjak dari tempatku sembari menyeka air mataku. Berdiri di ambang pintu dan membuka mulutku, “Aku disini”

End of flashback

Hanbin pun memeluk Hayi erat setelah mendengar penuturan istrinya itu. Sementara Hayi ikut membalas pelukan Hanbin erat sembari menyandarkan kepalanya di bahu Hanbin.

“Aku mencintaimu, Hayi”

End.

A/n: Annyeong~ Aku kembali dengan sequel Don’t You Care? Karena ada permintaan dari beberapa reader, jadi aku memutuskan untuk membuat sequelnya. Maaf kl kurang memuaskan, feelnya kurang dan typo(s). Muehehe mohon RCL yaaaa, terima kasiiih!^^

17 pemikiran pada “[IFI Freelance] Don’t You Care? – Sequel (Oneshot)

  1. Akhirnya di next juga. Aaaa Happy ending. Joha joha, neomu joha.

    Aduh BiHi so sweet bangett ><

    Keep writing yaa..

    Like it like it.

    Ga bisa ngomong apa-apa lagi, uda terlalu bagus semuanya. Saya sampai senyum-senyum sendiri bacanya hehe.

    Buat lagi ya thor haha..

    Author jjang!!

    Aku rasa ini komentar terpanjangku di blog ini :3 hehehe

    Suka

  2. yohooo~ akhirnya Hanbin-Hayi nya tetep bersama dan yang paling penting happy ending 🙂
    gak tega baca Hanbin yang diawal awal, kasian banget Hanbinnya 😦 tapi untungnya Mereka tetep bersama kkk~ suka suka suka 🙂

    Suka

  3. akhirnyaaaa hanbin hayi bersatu :”
    sempet sebel juga sih sama kelakuaannya si jisoo,, masa dia tega sampe nusuk perutnya hayi dan buat hayi keguguran,, bisa ajakan hayi juga ikutan meninggal :”

    untung aja hanbinnya udah taubat :” mantap banget perjuannya hanbin buat bikin hayi kembali ke sisinya sampai berbulan bulan lamanyaa aigo :” ga nyangka ada namja kaya gitu,, semoga hanbin sadar dan ga selingkuh lagi ne :))

    Suka

  4. Awalnya baca ini ngerasa kasihan banget sama Hanbin karena sikap Hayi yang dingin dan selingkuh sama Donghyuk.
    Tapi setelah tahu kalau Hanbin duluan yang selingkuh, sumpah sebel banget sama si Hanbin. Tapi kenapa harus Jisoo thor yang jadi selingkuhannya, kenapa Jisoo eonni jadi jahat u.u
    Ah, tapi seneng banget akhirnya Happy Ending. Akhirnya Hanbin nyesel sudah selingkuh dari hayi ❤
    Daebak thor ceritanya ^^

    Suka

  5. ceritanya cukup lengkap hahahaha malah lengkap banget…
    terima kasih sudah mengabulkan permintaan saya juga hahahaha
    happy ending…. happy ending…… keep write thor….. #hughug

    Suka

  6. Annyeong unni.. Ffnya bagus bgt ne, sampe senyum2 sy bacanya nieee wkwk tp alurnya kecepetan si menurut w, sweetnya jd kurang gt saran aja sih tp udh bagus kok😘 itu si jisoo kenapa tbtb tobat gt WQWQWQ kzl sm jisoo di ff ini

    Suka

Tinggalkan komentar